Selamat Datang - Wellcome

Patung Yesus di Tana Toraja dan Upaya Merajut Kebangsaan

SUARA KAMI - Di satu sisi, ide dan program Pemda Tana Toraja untuk membangun sebuah Patung Yesus yag berukuran raksasa (40 meter tingginya) ini, tentu positif. Ia menunjukkan ekspressi kemajemukan bangsa dan budaya Indonesia dan sekaligus menjadi bukti bahwa kehidupan beragama dilindungi dan diberi ruang untuk dilaksanakan di negeri ini. Patung tsb juga akan menjadi ikon religius/itas selain salah satu dari 'landmark' daerah Tator (Tana Toraja). Dari sisi ini, ia tak berbeda dengan ikon religius/itas lainnya seperti candi-candi Borobudur dan Prambanan dll di Jawa. Baik masyarakat di daerah Tator maupun ummat Kristiani di Indonesia sangat wajar jika mengapresiasi dan mendukung proyek tsb.

Patung Yesus di Tana Toraja dan Upaya Merajut Kebangsaan - Ilustrasi: Foto Patung Yesus di Brazil
Net
Ilustrasi: Foto Patung Yesus di Brazil
Indonesia Akan Punya Patung Yesus Setinggi 40 Meter
TEMPO - Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, mengalokasikan anggaran hingga Rp 22 milliar untuk membangun Patung Yesus. Dipesan dari Yogyakarta, patung setinggi 40 meter itu rencananya akan ditempatkan di puncak Bukit Buntu Burake, Makale, dan akan menjadi satu diantara Patung Yesus raksasa di dunia.

"Saat ini landasannya sedang dikerjakan," kata Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Tana Toraja, David Kambu, Jumat 17 April 2015.

David menjelaskan, patung perunggu yang bagian badannya dikerjakan di Yogyakarta itu akan menjadi yang tertinggi di dunia. Patung Yesus diharapkan menjadi ikon baru pariwisata Tana Toraja. Buntu Burake sendiri merupakan daerah religi warga Nasrani di Tana Toraja.

"Potensi wisata di Tana Toraja tidak akan monoton pada budayanya saja, tapi bisa berkembang ke wisata religi dan alam," kata David sambil menambahkan, untuk cita-citanya itu Pemerintah Tana Toraja mendapat bantuan anggaran dari APBN selain menganalkan dana dari APBD.

Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, dalam jumpa pers, menjelaskan bahwa landasan tempat berdirinya patung berupa bangunan terdiri dari dua lantai. Dia memastikan, patung akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

"Kami berharap patung ini bisa menjadi jembatan emas, tumbuhnya kembali potensi wisata di Tana Toraja," kata dia.

Theofilus optimistis, angka kunjungan wisatawan asing dan lokal akan terus terdongkrak nantinya. "Apalagi jika Kabupaten Tana Toraja sudah memiliki bandar udara bertaraf internasional." [Disadur dari Tempo.Co, Jumat, 17 April 2015]
Di sisi lain, tentu harus diantisipasi pula reaksi-reaksi negatif yang bisa jadi dimunculkan oleh pihak-pihak yang masih alergi terhadap ide dan praksis pluralisme dan kebangsaan. Apalagi mereka yang menganggap pluralisme sebagai sebuah gagasan dan praktik sesat. Demikian pula kemungkinan munculnya insinuasi bahwa proyek ini merupakan salah satu penanda primordialisme, yakni respon terhadap upaya-upaya 'syariatisasi' yang muncul di berbagai daerah di Indonesia di era pasca-reformasi ini. Politik identitas yang satu dibalas dengan politik identitas yang lain. Karena ada daerah yang memiliki keistimewaan budaya berupa menjalankan syariat Islam, seperti di Nangroe Aceh Darusalam (NAD), maka 'balasannya' adalah keniscayaan adanya daerah yang punya identitas keagamaan lain. Seakan ingin menyatakan bahwa daerah seperti Tator adalah eksklusif seperti NAD. Pandangan seperti ini bukan tak ada, karena kita masih ingat rumor tentang gagasan Perda Injil (sebagai lawan Perda Syariah) yang konon muncul di Papua Barat.

Karenanya, perlu kedewasaan dan kematangan semua pihak untuk menyikapi gagasan dan program-program seperti ini, tanpa harus terjebak dalam posisi pro dan kontra yang tidak produktif. Secara konstitusional maupun perundangan di bawahnya, tidak ada yang dilanggar oleh Pemda Tator. Dan masyarakat di daerah tsb dan ummat Kristiani di negeri ini tentunya juga menyambut baik ekspressi religiusitas seperti ini. Inisatif-inisiatif seperti ini seharusnya bisa dimaknai sebagai upaya mempercepat proses pendewasaan kita sebagai bangsa yang bhinneka, selain tujuan memperkaya khazanah budaya, obyek wisata, dan sebagainya.

Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam

0 Response to "Patung Yesus di Tana Toraja dan Upaya Merajut Kebangsaan"