Facebook
Arbi Sanit Berkata: "Jokowi Tidak Berumur Panjang"
|
Satu lagi nama Pengamat politik dan dosen Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial & Politik Universitas Indonesia yang lebih suka MEMANASKAN suasana politik dengan komentar-komentarnya bila mengomentari tentang Jokowi atau Ahok, namanya ARBI SANIT.
Penampilan terakhirnya di ILC semakin menunjukkan "kekecewaannya" terhadap presiden terpilih Jokowi dan selalu diangguk-anggukin si tua bangka Ridwan Saidi, karena keduanya sepaham bahwa Jokowi tidak layak jadi presiden.
Tentu saja soal layak dan tidak layak hanya opini Arbi Sanit saja, bukan kebenaran bagi rakyat yang telah memutuskan untuk memilih Jokowi sebagai presiden ke- 7 Indonesia ini.
Tanya Jawab
ARBI SANIT : "Jokowi Presiden tak bermodal Paling Lemah dan dikuasai Para CUKONG."
JAWAB : "Sangat mudah untuk mengatakan di belakang presiden ada CUKONGNYA, tapi si Arbi Sanit tidak pernah bisa menyebutkan siapa cukong di belakang Jokowi itu. Apa karena sudah PIKUN sang pengamat ini lupa bahwa CUKONG TERBESAR di belakang Jokowi itu adalah RAKYAT? Seberapa kuat cukong perorangan, tanpa dukungan rakyat mana bisa menang?"
***
ARBI SANIT : "Kelasnya Jokowi belum sampai kelas presiden. Kemampuan untuk selesaikan masalah negara ini belum kuat. Pemerintahan Jokowi-JK Tidak Akan Becus Mengurus Negara."
JAWAB : "Memangnya untuk jadi presiden itu harus sekolah dulu ya biar naik kelas untuk layak jadi presiden? Karena sudah PIKUN sampai lupa SYARAT menjadi presiden itu tidak ditentukan oleh kelas pengamat seperti Arbi Sanit ini."
Siapa sih yang mempunyai kemampuan untuk selesaikan masalah negara ini dengan kuat? Kalau ada kenapa rakyat tidak tertarik memilihnya? Itu artinya apa, Rakyat lebih peka memilih pemimpinnya daripada pengamat kelas Arbi Sanit yang sangat tidak layak dijadikan presiden itu.
Soal becus dan tidak becus dalam mengurus negara sebesar dan sekompleks ini masalahnya, sebutkan saja orang yang BECUS itu, atau Arbi Sanit ini yang becus mengurusnya?
Tak ada seorang pun dianggap becus menjadi presiden sampai ada yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi presiden dan menghadapi masalah yang ada."
***
ARBI SANIT : "Jokowi adalah presiden terlemah sepanjang sejarah Indonesia. Ia lebih lemah daripada Gus Dur, bahkan lebih lemah daripada Megawati itu sendiri”.
JAWAB : "Dengan begitu, di mata Anda itu cuma adanya PRESIDEN LEMAH dan yang terlemah Jokowi? Jadi peran atau solusi Anda sebagai pengamat itu apa, agar Indonesia memiliki presiden yang tidak lemah? Atau karena Arbi Sanit ini sudah BERBAU LEMAH (TANAH) jadi ngomongnya memang mendekati lubang kubur doang?
***
ARBI SANIT : "Saya tidak tahu apakah dia bisa bertahan dua tahun. Atau kalau dia terus bertahan lima tahun, keadaan kita maju mundur-maju mundur. Ekonomi dijalankan rakyat sendiri, negara tidak bisa membantu. Hukum dan politik selalu gaduh terus, selama lima tahun di bawah Presiden kita ini,"
JAWAB : "Jadi kalau TIDAK TAHU jangan SOK TAHU,meramalkan hal yang TIDAK BAIK bagi kepentingan bangsa dan negara Indonesia ini. Bangsa ini membutuhkan SIRAMAN SEJUK para pengamat yang perduli dengan kemajuan bangsa ini, bukan sebaliknya, selalu menyiram api dengan minyak, menginginkan presiden tidak tuntas dalam masa tugasnya, tapi mengharapkan selalu KEGADUHAN POLITIK dengan komentarnya itu.
SBY sudah melakukan tradisi bagus, stabilitas politik terjaga, hingga beliau tuntas dalam periode tugasnya. Hal inilah yang harus DIJAGA oleh semua politikus dan pengamat politik YANG PERDULI dengan kehidupan berbangsa dan bernegara AGAR aman, damai, tentram, biar pemerintah bekerja serius, dan semua mengawasinya dengan teliti dan hati-hati untuk mengkritisinya."
***
BEGITULAH Arbi Sanit yang tengah pasrah menghadapi penyakitnya sendiri, beliau tengah menderita sirosis atau kelainan hati, hingga membuat badannya kurus dan hanya pasrah menunggu nasib. Sebab untuk melakukan cangkok hati dibutuhkan biaya hingga 3 milyar.
"Enggak tahulah saya," begitu keluhnya saat diwawancarai Kompas.com.
Apakah dengan komentarnya yang sering MEREMEHKAN Jokowi itu sebagai salah satu upaya untuk mencari DONATUR? Entahlah!
Praktek Kerja
Presiden Jokowi sebagai figur publik yang menarik sepertinya sudah memahami benar bahwa KEBENCIAN, PERMUSUHAN dalam wujud OLOK-OLOK, CELAAN, HINAAN dan FITNAH adalah suatu "praktek kerja" yang baik dalam PROSES PEMBELAJARAN untuk menjadi orang yang matang dan penuh kasih.
Presiden Jokowi bukan manusia yang selalu benar, karena fitrah manusia memang tempat segala salah dan dosa, namun terus mencari kebenaran demi semua umat manusia. Sebab ORANG BIJAKSANA di antara orang bijaksana pun MASIH membuat kesalahan!
Salam NKRI Raya!
Penulis: Mas Tomo dalam Halaman Facebook Catetan MAZ TONI Aka Tante Paku
0 Response to "Arbi Sanit Berkata: "Jokowi Tidak Berumur Panjang""