Facebook
Presiden RI Ir. Joko Widodo
|
Almaghfurlah Gusdur bagi saya adalah sosok pemimpin negarawan karena beliau tidak mau dan tidak akan tunduk atau kompromi manakala kepentingan bamgsa dan negara dipertaruhkan. Beliau diminta mau berbagi kekuasaan dan wewenang dengan Wapresnya waktu itu untuk solusi konflik yang terjadi antara beliau dengan parpol-parpol yang ingin memakzulkan melalui DPR. Secara hitung-hitungan politis, mungkin saja jika beliau mau berbagi maka akan ada settlement politik. Tapi Gusdir dengan tegas menolak karena cara tsb tidak konstitusional dan akan menjadi preseden buruk dalam ketatanegaraan di masa depan.
Kasus BG ini barangkali tidak bermasalah kalau hanya dilihat dari sisi legal prosefural atau kepentingan politik elit dan partai. Tetapi secara etis dan moral serta harkat dan martabat bangsa dan negara, saya kira akan berbeda. Mengangkat seorang Kapolri yang menjadi tersangka KPK bukanlah sebuah langkah bijak demi harkat bangsa dan negara serta komitmen etik dan moralitas pemimpinnya. (Baca: Sandiwara DPR dan Seleksi Calon Kapolri)
Presiden Jokowi pada akhirnya harus memilih dan memutuskan masalah ini. Dan keputusan beliau dalam soal ini hanya satu diantara beberapa momen-momen penentuan yang akan dihadapi beliau. Saat ini, momen tsb akan menunjukkan apakah beliau seorang negarawan ataukah sekadar pelaksana tugas partai sebahaimana dulu dikatakan Mbak Mega saat menunjuk beliau sebagai Capres. Semoga Pak Presiden Jokowi lebih dari sekadar seorang petugas partai, tetapi seorang negarawan.
Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam
0 Response to "Sebuah "Moment of Truth" Bagi Presiden Jokowi"