Selamat Datang - Wellcome

Profiling Dungu Imigrasi Bandara Cengkareng [Fenomena Autogate Bandara Soeta Penggunaan Nama Muhammad dan Ali]

SUARA KAMI - Maunya menangkal teroris dan menjaga keamanan serta mempercepat pelayanan penumpang pesawat udara, terutama ke luar negeri. Tetapi karena yang mendasari kebijakan dan instrumen pekayanan tsb adalah kedunguan, maka hasilnya tentu malah sebaliknya. Penumpang merasa tidak nyaman, bahkan merasa didiskriminasi, dan cemooh bermunculan. Kini kebijakan publik tsb malah jadi isu politik baru yang digunakan untuk menjonru Pemerintah.

Profiling Dungu Imigrasi Bandara Cengkareng [Fenomena Autogate Bandara Soeta Penggunaan Nama Muhammad dan Ali]
Google Image
Ilustrasi Autogate Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng

Itulah yg terjadi dengan apa yg disebut dengan "autogate" alias pintu masuk ke ruang tunggu otomatis di Bandara Soetta, Cengkareng. Entah siapa yang membuat kebijakan tsb, tetapi faktanya adalah sebuah produk kedunguan budaya yang memalukan. Membuat profiling terhadap nama-nama seperti MUHAMMAD dan ALI di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim untuk mendeteksi potensi teroris adalah kedunguan budaya dalam takaran total.
Nama Muhammad dan Ali Sulit Daftar Autogate Soekarno-Hatta, Ini Penjelasan Imigrasi
Autogate Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng tengah menjadi sorotan. Adalah pengakuan Muhammad Edo yang kesulitan daftar autogate karena nama Muhammad itu. Tak hanya nama Muhammad, nama Ali juga sulit. Padahal sejatinya autogate memudahkan orang melintas.

Apa kata Imigrasi soal persoalan nama Muhammad dan Ali dalam autogate itu?

"Bisa kok, bisa daftar. Tidak sulit," jelas Kabag Humas Imigrasi, Heriyanto saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (18/3/2015).

Namun diakui Heriyanto, soal nama Muhammad dan Ali itu pihak Imigrasi akan melakukan wawancara. Ada yang perlu dicek lebih dahulu.

"Sebenarnya nggak ada masalah. Tapi kita kan ada kewaspadaan, jadi perlu diinterview," urai dia.

Menurut dia, nama Muhammad dan Ali memang tak sedikit yang terkait dengan kelompok tertentu. Pihak Imigrasi juga melihat negara yang hendak dituju.

"Kalau tidak ada dalam daftar yang dicegah tidak ada masalah," terang dia.

"Intinya kalau ada boarding pass, paspor masih berlaku, tidak masuk daftar pencegahan bisa ke luar negeri. Tidak ada masalah," tegasnya.

Diketahui Muhamad sempat terkejut dengan keterangan petugas Imigrasi yang ditemuinya di bandara soal nama Muhammad dan Ali. Akhirnya Edo kemudian memilih masuk pintu Imigrasi dengan cara manual, dengan cara ikut antre. Padahal, kata dia, kalau lewat autogate tentu akan bisa lebih cepat.

"Saya tidak mau berdebat dengan petugas, nanti malah nggak bisa ke luar negeri. Saya terima saja," jawab Edo diiringi tawa. (Detiknews, 18/3/15)
Bagaimana ia akan bisa efektif kalau belum apa-apa sudah melanggar logika yang sangat sederhana tsb? Inilah bukti untuk kesekian kalinya bahwa pejabat yang ekonomis dalam nalar akhirnya merusak hal-hal yang sejatinya baik, bahkan merusak pentingnya teknologi canggih. Ibarat nila setitik susu sebelanga. Pejabat imigrasi yang membuat kebijakan tanpa nalar sehat itu bukan saja menyia-nyiakan peralatan canggih dan efektifitas pelayanan keimigrasian. Tetapi yang paling fatal adalah munculnya kecurigaan, antipati, dan kemarahan dari pribadi, kelompok, dan bahkan masyarakat. Bukan hanya orang-orang Islam saja yang akan curiga bahwa mereka sedang dicurigai sebagai potensial teroris tetapi juga pihak-pihak yang lain. Alih-alih para potensial teroris terdeteksi, kini malah muncul persoalan baru yang dampaknya lebih dahsyat, yaitu politik penjonruan nasional yang akan disaksikan oleh masyarakat dunia.

Pameran kedunguan budaya seperti ini adalah salah satu hasil dari pendidikan yang hanya berorientasi ijazah dan titel. Ini juga potret birokrasi yang bobrok dalam pemerintahan. Makanya, boleh saja para pejabat imigrasi itu terdiri atas manusia-manusia bertitel sarjana dan lulusan PT, tetapi hasilnya cuma seperti robot-robot dan mesin tanpa jiwa. Dan bisa saja birokrasi dilengkapi dengan teknologi canggih tetapi produknya malah amburadul.

SUNGGUH MEMALUKAN!!

Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam

0 Response to "Profiling Dungu Imigrasi Bandara Cengkareng [Fenomena Autogate Bandara Soeta Penggunaan Nama Muhammad dan Ali]"