Selamat Datang - Wellcome

Memahami Statemen Paus Fransiskus

SUARA KAMI - Paus Fransiskus (PF) selalu membuat banyak kalangan, termasuk kalangan Gereja Katolik, terperangah dengan berbagai pernyataan yang dikeluarkannya. Yang paling gres, adalah pernyataan yang dikemukakan dalam wawancara dengan Eugenio Scalfari (ES), salah seorang pendiri dan mantan Redaktur media La Repubblica, terbitan Italia. Paus Fransiskus menyatakan "Saya percaya kepada Tuhan, namun bukan Tuhan Katolik." Sepintas, ucapan ini tentu bisa menimbulkan salah paham maupun paham yang salah, seakan-akan Pemimpin Vatikan itu tidak lagi mengakui prinsip dasar teologi Katolik. Tetapi, sejatinya, Sri Paus sedang menyampaikan cara pandang yang inklusif tentang keber-agamaan yang berangkat dari kepercayaan terhadap Tuhan.

Memahami Statemen Paus Fransiskus
ibtimes.com
Paus Fransiskus

Bagi beliau, Tuhan adalah dzat (Being) yang bersifat universal, tidak terbagi bagi, seakan-akan ada berbagai macam Tuhan tergantung kelompok keagamaan tertentu. Dengan demikian, dalam pandangan Paus Fransiskus, agama-agama adalah cara yang berbeda-beda dalam memahami dan meyakini Tuhan yang sama dan memiliki sifat-sifat yang sama seperti kasih sayang, pencipta alam semesta, maha Mulia, dsb. Cara pandang seperti itu sejatinya dimiliki juga oleh para Sufi dan spiritualis yang menolak pengkotak-kotakan pemahaman terhadap ketuhanan berdasarkan agama-agama yang berbeda-beda sehingga menciptakan berbagai persoalan sepanjang sejarah yang tak jarang membawa malapetaka bagi manusia yang notabene adalah ummat beragama.

Itu sebabnya, Paus Fransiskus mengatakan juga bahwa beliau menolak cara pandang keagamaan yang disebutnya Vatikan sentris, pandangan yang terpusat kepada apa maunya Vatikan. Sebab pandangan seperti itu "mengabaikan dunia di sekeliling kita". Dan masih kata beliau, "Saya tidak sependapat dengan pandangan demikian, dan akan berusaha merubahnya." Pemahaman saya terhadap pernyataan ini adalah, bahwa Paus Fransiskus menginginkan agar Vatikan mempunyai cakrawala pemahaman keagamaan yang luas dan inklusif serta bermanfaat bagi dunia. Yang juga berarti Paus Fransiskus melakukan kritik kepada Gereja Katolik yang dianggap beliau mengalami kemunduran dalam ihwal ini. Sebab itu Paus Fransiskus menghimbau agar Vatikan kembali ke "Khittah" nya, yakni "menjadi komunitas orang-orang beriman dan para pendeta yang peduli dengan jiwa manusia dan melayani manusia ciptaan Tuhan."

Pandangan Paus Fransiskus bukanlah sesuatu yang radikal atau apalagi dianggap sebagai bertentangan dengan teologi Kristiani atau Kanon Teologis Gereja Katolik. Hemat saya, statemen itu merupakan peringatan terhadap kecenderungan yang terjadi saat ini di mana pemahaman keagamaan menjadi beku dan kaku serta terpenjara dalam tembok-tembok lembaga (organisasi) agama. Jika direfleksikan pada ummat beragama lain, termasuk Islam, saya kira juga bisa dicari relevansinya. Yakni agar para agamawan, ulama, pendidik, dan aktivis Muslim mengingat pesan Islam yang universal, tidak eksklusif, apalagi mudah menganggap liyan sebagai sesat dan harus diperangi dan dihancurkan. Islam dan para agamawan serta komunitas Islam harus pula membantu dan bermanfaat bagi kemanusiaan, sehingga Islam akan benar-benar menjadi karunia bagi semua (rahmatan lil 'alamin). Itulah salah satu pesan profetik yang juga dibawa oleh Rasulullah SAW, para sahabat, dan para ulama dari dulu sampai hari akhir nanti.

Saya pribadi memahami pernyataan Paus sebagai hal yang sangat positif bukan hanya bagi ummat Katolik saja, tetapi juga bagi ummat beragama lainnya dan bagi kemanusiaan yang saat ini sedang mengalami krisis dalam multidimensional, termasuk pergaulan antar-ummat beragama.

Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam

Referensi: ibtimes.com

0 Response to "Memahami Statemen Paus Fransiskus"