Sumber: Facebook |
BUKAN FULL DAY TERNYATA, TAPI...
Oleh Sunardian Wirodono II
Mendikbud ini memang tukang ngeyel. Setelah dibombardir dan dibully netizen, bukannya minta maaf, malah ngeles lagi, ngeles lagi, ngeles lagi. Ini ngeles yang ke-empat, dengan mengatakan bukan 'Full Day School' tapi 'Co-Ekstrakurikuler' yang konon sesuai Nawacita.
Sebelumnya, Mendikbud mengklaim program FDS sudah sesuai Nawacita, dan sudah disetujui Jokowi. Kapan? Di mana? Kok berubah lagi? Bau-baunya kayak Rizal Ramli nih, suka fait-accompli presiden. Belum dibilang sudah.
Apa itu 'Co-Ekstrakurikuler'? Lebih tak jelas lagi. Kayak kurang kerjaan. Ia tetap ingin bertahan pada pendapat semula, bahwa sekolah itu tempat untuk menjadi penitipan anak. Kalau jalan nih, lumayan bisnis catering juga jalan. Untuk jaringan relasi bisnis dan kepentingan. Bukankah model-model FDS itu jalan baik di Muhammadiyah dan PKS? Kalau di Muhammadiyah Yogyakarta ada istilah KKN (yang artinya Kauman, Kadipaten, Notoprajan), kelompok ini dikenal sebagai jaringan elite Muhammadiyah).
Alasan pembenarnya, penambahan kegiatan itu untuk memantau kegiatan siswa setelah pulang sekolah di saat orangtuanya bekerja. Menurutnya, rentang waktu tersebut menjadi celah masuknya pengaruh buruk bagi anak, sehingga perlu diantisipasi. Pengaruh-pengaruh negatif dan kontra-produktif itu seperti penyalahgunaan narkoba, tawuran, dsb.
Itu sebabnya Mendikbud memetakan waktu beroperasinya penjahat atau setan-setan itu pada jam-jam pulang sekolah tanpa orangtua. Kenapa tak minta tolong Densus 88 atau Kopassus nongkrongin sekolah jam segitu? Cateringnya bisa habis banyak, tapi untung sedikit! Mendingan kasih extra-curiculer seharian, biar upaya untuk cari obyekan guru extra-curiculer dan catering tetap bisa jalan.
Konsep itu bener-bener hanya melihat kelompoknya saja, pada kelas menengah atas. Mendikbud tidak melihat 70% orangtua siswa adalah kelompok miskin dengan setting sosial berbeda dengan bayangannya. Kalau programnya dijalankan ke seluruh Indonesia, maka Prof. Muhadjir ini diam-diam turut menghancurkan perekonomian rakyat, karena memangkas akses ekonomi masyarakat bawah hanya karena konsep sekolah sebagai tempat penitipan anak.
Di situ Mendikbud akan dinilai punya agenda sendiri, menghancurkan Nawacita karena menghambat pemerataan pendidikan, dan memberi beban rakyat miskin bertambah berat.
Sudahlah Pak Menteri, Berfokuslah pada empat program yang dibebankan Presiden pada sampeyan. Atau kalau terus bikin kegaduhan tak produktif, boleh diusulkan untuk dicopot? Mau saya telponkan sekarang?
Sumber: Facebook
0 Response to "Ternyata Bukan 'Full Day School', Tapi.... "