Ilustrasi - Suara Kami |
Mungkinkah terjalin kerjasama yang baik tanpa ada rasa saling percaya di antara dua atau lebih pihak yang terkait?
Belakangan, organisasi yang terdiri dari empat huruf menjadi topik pembicaraan. Di tanah air, organisasi yang mengelola sepakbola kita, PSSI berdiri paling depan.
Banyak pihak bersuara menyatakan kebenaran versi mereka. Tak sedikit pula suara berteriak meminta lapangan pekerjaan mereka dikembalikan.
Sebagai pemain sepakbola, tanpa kompetisi yang jelas dan pasti, sama artinya tanpa kepastianasap dapur mereka.
Di dunia, FIFA, juga empat huruf, mendapat sorotan setelag terbongkarnya skandal korupsi menjelang pemilihan presiden yang baru.
Mungkinkah pemimpin tertinggi di sebuah badan otoriter seperti FIFA tak mengetahui perilaku busuk anggotanya yang menghebohkan dunia?
Bagi saya, mementum membongkar tudingan korupsi di tubuh organisasi ini sangat menarik. Kenapa dibongkar menjelang kongres dan pemilihan Presiden FIFA yang baru?
Pertanyaan lain, adalah kaitannya dengan melemahnya kekuatan kubu Eropa di FIFA karen Strategi Blatter yang piawai menjaga koleksi suara yang ia butuhkan untuk bertahan di kursi mewah tersebut.
Blatter memang luar biasa. Ia membangun jembatan untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak yang tidak mengincar kursi kepemimpinannya.
Simak bagaimana reaksi kubu Rusia yang menyebut ada intervensi dari pihak Amerika Serikat agar tuan rumah Piala Dunia 2018 dipindahkan dari Rusia ke Amerika.
Benarkah ada suap dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022?
Dengan gampang kita bisa mengatakan "Ya"..., bahkan menggunakan huruf kapital.
Namun bagaimana membuktikannya?
Penyelidikan krimiminal yang dilakukan FBI secara pararel di Swiss dan Amerika Serikat terkait kampanye pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 benar-benar menghebohkan dunia.
Berita ini membuat kita seolah berada pada posisi menantikan guyuran air di tengah padang pasir.
Hasil investigasi FBI ini seperti penantian yang terlalu lama sejak Sepp Blatter (79 Tahun) menjadi Presiden FIFA pada 1998.
Dalam pertemuan darurat dengan para petinggi FIFA menjelang Kongres, jumat (29/05/15), Sepp Blatter menegaskan kepentingan mengembalikan kepercayaan terhadap FIFA.
Dalam upaya menjadi Presiden FIFA untuk periode kelima, di hadapan para delegasi yang hadir di Zurich, Blatter menyebut bahwa reputasi organisasi tersebut tak bisaa diseret ke dalam lumpur.
***
Reputasi. Hmm... ada sebuah pertanyaan sederhana: bagaimana anggotanya mampu mengontrol FIFA sehingga muncul standar reputasi yang dimaksud Blatter?
Saat ini, reputasi FIFA berada di titik terendah. Bahkan, ada senator di Amerika Serikat yang mengusulkan agar militer Amerika menyerbu markas FIFA dan mengamankan semua dokumen yang dibutuhkan untuk membuktikan korupsi di FIFA.
Lalu, bagaimana dengan reputasi PSSI? Tak sedikit tudingan yang mengatakan ada korupsi di PSSI. Atau tuduhan organisasi ini sebagai sarang pengaturan skor atau perjudian.
Stigma alias ciri negatif kerap ditempelkan ke PSSI, walau yang disasar adalah pribadi di dalamnya.
Tapi, bila tak ada gebrakan investigasi oleh pihak kepolisian seperti yang terjadi pada FIFA, drama sepakbola kita tak akan kunjung selesai.
Tanpa ada kepercayaan dan juga pembuktian atas tudingan negatif, kisruh di sepakbola kita bak sinetron berkepanjangan dan mengada-ada yang memuakkan.
Masa kita menanam biji konflik, tetapi berharap memetik buah prestasi? (@Weshley)
Keterangan:
- PSSI = Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia adalah badan / organisasi sepakbola Indonesia sebelum dibekukan oleh Kemenpora..
- FIFA = Fédération Internationale de Football Association atau Federasi Sepak bola Internasional adalah badan pengatur internasional sepak bola. FIFA bermarkas di Zürich, Swiss.
- FBI = Federal Bureau of Investigation (FBI) atau Biro Investigasi Federal adalah badan investigasi utama dari Departemen Keadilan Amerika Serikat
Judul Asli: FIFA, PSSI dan Kepercayaan
Penulis: Weshley Hutagalung
Sumber: Koran Harian Bola Edisi Cetak, Kolom Opini dan Interaksi, Sabtu-Minggu, 30-31 Mei 2015, No II-296, Hal. 11.
0 Response to "Fenomena Sepakbola: FIFA, PSSI dan Kepercayaan"