Selamat Datang - Wellcome

Veronica Tan dan Viktimisasi Politik di DKI Jakarta

SUARA KAMI - Kekacaubalauan politik di DKI Jakarta bukannya berhasil diredakan dan ditata ulang, tetapi malah berpotensi menciptakan munculnya potensi kekacauan dan perguliran masalah-masalah baru. Setelah upaya Angket DPRD dan mediasi oleh Kemendagri sempat menemui kebuntuan, untuk sementara sudah bisa dicarikan jalan keluar setelah Mendagri melakukan evaluasi terhadap draft RAPBD 2015 dan mengirimkan kembali utk dibahas oleh Pemda DKI dan DPRD. Memang belum jelas apakah akan berhasil mencapai kata sepakat atau tidak. Kalaupun tidak, maka Pemda DKI harus menggunakan APBD 2014 kembali, yang tentu saja merupakan sebuah kerugian bagi rakyat DKI dan semua stakeholders di ibu kota Republik Indonesia itu.

Veronica Tan dan Viktimisasi Politik di DKI Jakarta - Foto: Kebersamaan Keluarga Gubernur Ahok dan Istri (Veronica Tan)
Net
Kebersamaan Keluarga Gubernur Ahok dan Istri (Veronica Tan)

Sayangnya, sebagian oknum politisi DPRD yang sudah menganggap Ahok sebagai musuh nomor wahid tampaknya belum mau sudah. Alih-alih mencari resolusi konflik dengan sang Gubernur, kini malah memperlebar serangan sampai ke istri beliau, Veronica Tan (VT). Ini sungguh sebuah perkembangan yang memrihatinkan dan sekaligus memalukan. Bukan saja bagi rakyat Jakarta, tetapi juga bangsa ini. Sebab Jakarta akan selalu dipergunakan daerah lain sebagai rujukan atau referensi utama. Para politisi yang tampak belum mau sudah sebelum Ahok jatuh, mencoba menggunakan taktik yang seringkali digunakan oleh rezim-rezim totaliter dan otoriter terhadap lawan-laman mereka. Yakni viktimisasi keluarga atau siapapun yang dianggap dekat dengan musuh tsb untuk digunakan sebagai target operasi (TO). Anggota keluarga tsb direkayasa dengan mencari-mencari kesalahan mereka sekecil apapun. Dan inilah yang kita saksikan ketika VT kemudian dibawa-bawa dalam persoalan konflik antara Ahok dengan DPRD, dengan dalih nepotisme.
Tim Angket DPRD DKI Jakarta berencana meminta keterangan dari Veronica Tan pada Senin 16 Maret 2015. Pemanggilan itu ternyata berkaitan dengan kehadiran Veronica dalam rapat panitia revitalisasi Kota Tua di Balai Kota, Kamis 5 Meret lalu. Kehadiran Veronica diketahui dari foto rapat yang beredar luas. Dalam foto itu, Veronica duduk di kursi pimpinan bersama adik Ahok Harry Basuki dan Deputi Gubernur bidang Pariwisata Sylviana Murni.

Tim angket beralasan dalam pertemuan yang dihadiri Veronica Tan itu kemungkinan membahas anggaran APBD soal program belanja revitalisasi museum Kota Tua. Ketua Tim Angket Ongen Sangaji mengambil kesimpulan bahwa kehadiran Veronica dan adik Ahok, Harry Basuki tidak sesuai aturan. Tim angket mencurigai adanya nepotisme. (Dikutip dari: DetikNews, Sabtu, 14/03/2015)
Hemat saya, oknum-oknum politisi DPRD DKI semakin membabi buta dan kehilangan kewarasan nalar mereka ketika melakukan viktimisasi keluarga Ahok, khususnya VT. Bukti-bukti yang dikemukakan oleh para politisi itu untuk menuding Ahok melakukan nepotisme melalui isterinya, sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan. Saksi-saksi yang dicoba untuk memperkuat dalih tersebut pun tampak tidak berhasil. Bahkan beberapa di antara mereka mempertanyakan motif tudingan nepotisme tsb. Saya kira, rakyat Jakarta yang berfikir jernih bukannya makin simpati kepada DPRD DKI, tetapi sebaliknya: muak dan malu terhadap ulah oknum-oknum politisi yang Machiavellian itu. Arogansi mereka begitu kontras dengan sosok VT yang tenang dalam menghadapi semua tudingan ini. Dan saya yakin, manuver viktimisasi terhadap VT ini justru akan meningkatkan simpati publik terhadap Gubernur Ahok dan VT karena pendzoliman itu.

Saya pribadi mendoakan semoga Ibu VT tetap diberi ketabahan dan kesabaran menghadapi provokasi politik ini. Insya Allah kebenaran akan menang kendati kejahatan seolah-olah begitu dahsyat dan kuat menggempur Ibu dan keluarga. Tetap cemunguud bu, mendampingi perjuangan Pak Ahok...!!

Penulis: Profesor Muhammad AS Hikam

0 Response to "Veronica Tan dan Viktimisasi Politik di DKI Jakarta"