Net/Google Image
Gubernur DKI Jakarta Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M, yang biasa dipanggil Ahok
|
Ahok adalah kisah tragedi di pentas politik kita. Seperti cerita tragedi Yunani maka sang hero tidak selalu menang dan bahkan malah seringkali mesti menelan kekalahan yang pahit. Seperti Socrates, filsuf Yunani kuno yang harus minum racun sebagai hukuman atas tuduhan "merusak pikiran generasi muda" itu. Ahok, tidak harus minum tacun tentunya. Tetapi kemungkinan beliau harus dijatuhkan dan menjadi korban kegeraman politisi DPRD DKI Jakarta tampaknya sangat besar.
Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP, Prasetyo Edi Marsudi, secara blak-blakan menyatakan partainya yang merupakan pengusung Jokowi-Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2012, juga pendukung pelantikan Ahok sebagai Gubernur Jakarta, kini sudah capai dengan polah sang Gubernur.Ini semua karena pria kontroversial tsb tidak tunduk pada pakem, skenario, dan plot cerita yang didesain oleh parpol dan politisi Jakarta. Sejak menjadi calon Wagub pun, Ahok sudah mirip martir dalam menghadapi para politisi dan kekuatan-kekuatan status quo di Ibu Kota Republik itu. Belum pernah ada dalam sejarah Republik ini seorang cawagub diserang dengan isu primordial dan bahkan diancam secara fisik seperti Ahok. Dan belum pernah ada seorangpun pemimpin dari kelompok etnis minoritas yang berani berhadapan langsung dan menjawab secara terbuka semua upaya tsb seperti Ahok. Barangkali, karena memang Ahok sudah tahu bahwa dirinya akan menjadi seperti tokoh tragedi, maka sejak awal dirinya sudah siap.
“Kami setuju dengan terobosan Ahok. Masyarakat kecil diperhatikan, penanganan banjir sudah baik. Tapi kalau pola dia radikal begini, kami lelah juga menjaganya. Saya sampai sakit begini,” kata Prasetyo di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (26/2), menjelang rapat paripurna pengesahan panitia hak angket oleh DPRD untuk menyelidiki draf APBD Jakarta 2015 yang dinilai tak sesuai prosedur. (Dikutip dari: Cnnindonesia.Com, Kamis, 26/02/2015)
Dan seperti kisah-kisah tragedi, Ahok akan mengikuti ending tokoh seperti BK, Tan Malaka, Sjahrir, Gus Dur, dan orang-orang seperti itu. Ahok tidak akan diapresiasi pada masanya tetapi ditangisi dan dirayakan setelah dia jatuh. Dan akan selalu dikenang selamanya. Sementara para politisi DPRD DKI Jakarta itu hanya dapat tepuk tangan dan pujian serta uang untuk sementara saja. Selebihnya nama-nama mereka akan dilupakan dan mungkin dilecehkan oleh rakyatnya. Selamanya. Sejarah sarat dengan catatan-catatan tragedi para pemimpin yang besar dan para pecundang.
Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam
0 Response to "Menonton Pentas Tragedi Betawi, Berjudul: "AHOK""