Net/Google Image
Calon Penumpang Pesawat Lion Air yang terlantar di Bandara
|
Saya kira problem utamanya bukan hanya pada manajemennya yang brengsek. Semua orang juga sudah tahu soal itu. Problemnya juga pada Pemerintah yang mau saja memberi toleransi kepada Lion Air. Kultur bisnis di negeri adalah pembiaran terhadap praktik-praktik buruk seperti itu karena pihak pemerintah bisa disogok oleh pemilik perusahaan. Akhirnya terjadilah pembiasaan praktik buruk itu. Sementara itu para konsumen juga lemah dan tidak mau repot-repot, apalagi dengan iming-iming dan jebakan harga tiket murah. Filosofi untuk menolak hak konsumen adalah: "murah kok minta pelayanan prima!". Jadilah sebuah konspirasi antara pengusaha-penguasa-konsumen yang hasilnya adalah praktik buruk manajemen penerbangan dan pembiaran alias impunitas terhadap praktik-praktik kotor. Slogan mengutamakan pelanggan adalah mbelgedhes belaka. Yang penting pengusaha kian mengeruk laba, penguasa meraup suap, sementara penumpang tersia-sia tapi tak berdaya!
Jadi kalo hari ini (Jumat, 20/2/15) ada kehebohan lagi terkait delay parah oleh Lion Air, ya percuma kalau marah-marah. Wong semua pihak ikut berpatisipasi dalam kekacauan itu. Saya hanya bisa menyarankan jangan pernah pakai pesawat Lion Air walaupun terpaksa. Hanya itu solusinya untuk sementara. Kalao anda cuma mengeluh dan lapor pada pejabat pemerintah, paling jawabnya juga klise, "nanti akan kami periksa!". Tapi apa mungkin pejabat akhirnya memeriksa dirinya sendiri yang juga terlibat dalam kebrengsekan itu? Apalagi boss Lion Air adalah Waketum sebuah parpol koalisi KIH dan jadi Wantimpres. Semakin jauhlah si panggang dari api.
Jonan Sangkal Takut Tindak Lion Air karena Rusdi Kirana Wantimpres
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dituding kurang tanggap menangani delay parah Lion Air. Ada yang mengait-ngaitkan hal itu karena pemilik maskapai Lion Air adalah anggota Wantimpres Rusdi Kirana. Apa respons Jonan?
"Nggak ada hubungannya," kata Jonan saat diwawancarai wartawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (20/2/2015). Jonan berada di Mabes TNI untuk menandatangani sebuah MoU dengan TNI.
Jonan juga membantah delay parah Lion Air hingga menelantarkan ribuan calon penumpang karena terlalu banyaknya rute penerbangan maskapai raksasa tersebut.
"Nggak, kereta api lebih banyak trayeknya nggak masalah," ujar Jonan yang mantan Dirut PT Kereta Api Indonesia itu.
Ketika dikritik kenapa dirinya tak langsung melakukan sidak ke Lion Air seperti saat menangani tragedi AirAsia QZ 8501 belum lama ini, Jonan tak menjawab. Ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan berlalu meninggalkan wartawan.
Sebelumnya Jonan mengatakan, dirinya telah menegur dan akan melakukan pertemuan dengan pihak Lion Air hari ini. Ia menegaskan, akibat delay parah hingga ribuan penumpang telantar, pengajuan izin rute baru Lion Air akan dihentikan sementara. (Dikutip dari Detiknews, Jumat, 20/2/15)
Makanya solusi jangka panjang penerbangan RI adalah dibuka sekalian saja rute domestik untuk maskapai-maskapai asing yang profesional dan bertanggungjawab seperti SQ, Cthay, MAS, China Air, Eva Air, dll. Insyaa Allah praktik-praktik busuk seperti menunda penerbangan akan bisa dikurangi dengan drastis. Kalau tidak demikian rasanya kehebohan ini akan jadi rutinitas biasa saja untuk pengisi media, dan pengusaha-pengusaha spt pemilik Lion Air ini cuma belaga pilon. "Ah paling mereka pada protes sebentar. Besok juga naik pesawat gue lagi!"
Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam
0 Response to "Lion Air dan Penundaan Keberangkatan: Siapa Yang Salah?"