Selamat Datang - Wellcome

Ketika Indonesia Jadi Rebutan [Pertemuan Para Pemimpin APEC di Beijing]

SUARA KAMI - Presiden Jokowi telah menjadi pusat perhatian dalam pertemuan para pemimpin APEC di Beijing, Tiongkok. Bangsa Indonesia layak berbunga-bunga hatinya dengan kabar menggembirakan dan membanggakan itu. Perhatian para pemimpin dunia seperti Presiden AS Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, PM Jepang Shinzo Abe, dan tuan rumah Presiden Tiongkok Xi Jiping. Inilah kiranya sebuah pertanda bahwa Presiden baru Indonesia ini mulai diperhitungkan dunia.

Ketika Indonesia Jadi Rebutan [Pertemuan Para Pemimpin APEC di Beijing]
Halaman Facebook Ir. H. Joko Widodo
Presiden Jokowi sendiri menyebut bahwa RI sedang menjadi rebutan dalam percaturan antar-bangsa dewasa ini. Sebab negeri kita memang diakui memiliki potensi menjadi kekuatan ekonomi, politik, dan geopolitik di abad ke 21 setelah terjadi berbagai perubahan fundamental pada lingstra global dan regional pasca-perang dingin usai. Dengan munculnya Tiongkok sebagai rival utama AS di kawasan Asia Pasifik dan kekuatan dominan dalam ekonomi global, maka Indonesia dipandang sebagai mitra penting yang bisa menjadi penyeimbang dan penjaga stabilitas di kawasan Asia Tenggara. RI juga merupakan negara terbesar di kawasan dan secara tradisional dianggap pemimpin ASEAN.
"Kita itu jadi rebutan," kata Jokowi dalam wawancara doorstop di hotel Kempinski, Beijing, Senin (10/11), seperti dilansir oleh Beritasatu.com.
Namun demikian, kegembiraan dan kebanggaan di atas tak ada artinya jika tidak bisa diaktualisasikan dalam kenyataan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab ada banyak sekali fakta yang bisa digunakan untuk menunjukkan bahwa belum tentu posisi diperebutkan tsb adalah positif. Bisa jadi metafora tsb lebih mirip dengan perebutan kue oleh pihak-pihak dari luar. Sama halnya Indonesia pernah jadi rebutan negara kolonial pada abad 15, saat Belanda, Portugis, Spanyol, dan Inggris melakukan ekspansi ekonomi dan politik ke seluruh dunia. Indonesia yang pada saat itu belum menjadi sebuah entitas negara-bangsa, juga diperebutkan karena posisi strategisnya dan kekayaan alamnya. Diperlukan waktu 3,5 abad untuk melepaskan diri dari penjajahan dan muncul menjadi sebuah negara bangsa yang berdaulat.

Sejarah menunjukkan bahwa hampir tujuh dasawarsa pasca kemerdekaan diraih, negeri ini masih belum terus mengalami pasang naik dan turun. Kondisi ekonomi nasional pada 15 tahun terakhir masih belum bisa disebut membanggakan jika dibandingkan dengan negara-negara pasca-kolonial di Asia seperti Korsel, Tiongkok, India dan bahkan jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Justru kian ditengarai ketergantungan ekonomi kepada asing, melebarnya kesenjangan kaya-miskin, merosotnya infrastruktur, dan terancamnya ketahanan energi dan pangan!

Tanpa mengurangi rasa hormat dan optimisme terhadap pemetintah Presiden Jokowi, saya kira kita perlu proporsional dalam menyikapi antusiasme negara-negara besar terhadap Indonesia. Kita juga perlu memperkuat diri dalam menghadapi perebutan pengaruh dari luar tsb, termasuk dalam mewaspadai implikasi-implikasi dari masuknya modal asing terhadap kedaulatan kita. Kesadaran terhadap pentingnya keamanan nasional harus selalu ditumbuhkembangkan pada warganegara terutama generasi muda. Tak ada gunanya jika posisi kita yang diperebutkan itu ternyata bukan menjadikan kita makin kuat dan mandiri. Tak ada manfaatnya kita dipuja-puji hanya untuk dikuras SDA nya. Karena itu sebenarnya sama saja dengan mengulangi keterjajahan dengan bungkus yang baru. [ASHikam]

Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam

0 Response to "Ketika Indonesia Jadi Rebutan [Pertemuan Para Pemimpin APEC di Beijing]"