Selamat Datang - Wellcome

Membaca Pesan Prabowo "Jangan Berjiwa Kurawa"

SUARA KAMI - Pesan Prabowo Subianto (PS) kepada para pendukungnya perlu dicermati. Beliau mengingatkan agar mereka tidak berjiwa Kurawa, sebuah metafor yang dikenal dengan baik olh mereka yang berlatar belakang budaya Jawa atau yang familiar dengan kisah pewayangan. Kurawa adalah nemesis dan sekaligus antitesis dari Pandhawa. Kendati mereka bersaudara tetapi kedua kubu tidak bisa eksis bersama secara damai karena permusuhan yang tak mungkin diselesaikan kecuali dengan pertempuran habis-habisan. Kurawa mewakili angkara murka, kesewenang-wenangan, kedengkian, keangkuhan, pokoknya sikap "adigang, adigung, adiguna." Pandhawa mewakili semua yang sebaliknya, dan, karenanya, unggul dalam pertempuran yang dikenal dengan nama perang Bharatayudha itu.

Ketua umum partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri), memberi hormat kepada presiden terpilih Joko Widodo, di kawasan Kebayoran baru, Jakarta Selatan, Jumat (17/10) pagi
Suara Pembaruan / Joanito De Saojoao / Beritasatu.com
Ketua umum partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri), memberi hormat kepada presiden terpilih Joko Widodo, di kawasan Kebayoran baru, Jakarta Selatan, Jumat (17/10) pagi.
Referensi kultural ini dipilih karena merepresentasikan konflik politik yang telah dan sedang berlangsung antara Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang dampaknya sangat besar bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara kita. Bisa dikatakan bahwa konflik kedua kubu ini jika tak dihentikan dan diselesaikan dengan baik dan bijak, akan membawa pada Bharatayudha versi modern yang hasil akhirnya adalah keterpurukan NKRI di dalam percaturan kehidupan antar-bangsa, di samping kemunduran bangsa Indonesia. Itulah sebabnya belajar dari kisah Bharatayudha, di mana para elit dr kedua kubu yg berkonflik gagal menghindari terjadinya perang, maka PS dan Jokowi berusaha bertemu dan melakukan 'rapprochement' atau saling pendekatan untuk menghentikan konflik. Dan untuk sementara, usaha itu berhasil serta direspon positif oleh semua pemangku kepentingan, khususnya rakyat Indonesia.

Hanya saja, seperti kisah Bharatayudha, upaya rekonsiliasi antar elite bisa saja hanya berusia pendek. Sama juga dengan jerih payah Kresna yang mengusahakan rekonsiliasi antara Kurawa-Pandhawa yang hanya bertahan sebentar, pertemuan antara Jokowi-PS pun belun menjamin bahwa rekonsiliasi tersebut bisa bertahan terus di masa depan. Sebab akan selalu ada pihak dari kedua kubu yang tidak ingin hal itu terjadi. Ada pihak yang lebih suka jika konflik berjalan terus karena akan membawa berbagai keuntungan pribadi atau kelompok dalam jangka pendek. Dan kelompok ini ada di kubu Kurawa!

Maka sangat tepat peringatan PS agar tidak ada di antara pendukungnya yang bermental Kurawa. Dan seharusnya peringatan PS ini juga berlaku untuk pendukung KIH. Sebab beda dengan cerita wayang, di mana Kurawa dan Pandhawa sudah jelas siapa-siapanya, di dalam konteks politik Indonesia pasca Pemilu 2014 ini siapa yang Kurawa dan siapa yang Pandhawa masih belum jelas. Terpulang pada perkembangan politik nanti siapa yang oleh rakyat akan dinilai sebagai representasi kedua kubu tersebut. [ASHilam]

Catatan: Prof Muhammad AS Hikam, Sabtu. 18 Oktiber 2014

0 Response to "Membaca Pesan Prabowo "Jangan Berjiwa Kurawa""