Kompas.com
Rombongan Pemetri saat menggelar ruwatan di depan rumah tokoh PAN Amien Rais, Kamis (15/10/2014).
|
Seperti dilansir oleh Kompas.com, Kamis, 16 Oktober 2014, Sunanda, koordinator aksi, mengatakan bahwa mereka sengaja menggelar acara ini karena menurut penilaian mereka, sebagai negarawan, sikap Amien Rais dinilai sudah melenceng dan telah mengingkari semangat reformasi.
"Jadi, kami ke sini untuk 'meruwat' Pak Amien Rais agar kembali bersih," ujarnya.Tentu tidak mudah untuk memastikan mana yang paling benar dalam pengertian empiris-matematis. Yang bisa dipastikan hanyalah adanya fakta telah terjadinya aksi ruwatan dari warga, dan statemen dari koordinator tentang maksud digelarnya aksi tersebut. Apakah aksi tersebut akan menjadi persoalan hukum, saya kira masih harus menunggu respons dari AR atau pihak-pihak yang merasa dirugikan dan dilanggar haknya serta para penetak hukum. Apakah ini sekadar sensasi dan memburu popularitas belaka, juga masih perlu dibuktikan bagaimana implikasi aksi tersebut terhadap pemberitaan di media dan sejauh mana respon publik atas peristiwa tersebut.
Yang bagi saya menarik untuk dicermati dan ditafsirkan adalah aksi ruwatan ini rasanya baru kali ini digelar bukan karena kemauan dari subyek yakni AR sendiri atau yang mewakilinya. Ruwatan tersebut muncul dari luar yang seolah menganggap AR perlu diruwat agar menjadi bersih. Ruwatan ini dengan demikian adalah suatu aksi yg diinisiasi oleh pihak yang menilai AR sebagai pihak yang bermasalah. Pemilihan ruwatan sebagai medium memberi pesan kepada publik bahwa aksi ini memiliki legitimasi kultural yang berakar pada tradisi Jawa di mana AR juga mengenalnya sebagai orang Jawa dan tinggal di Yogya. Namun medium ritual tersebut dan alasannya belum tentu akan disetujui oleh AR dan terkesan ditentukan secara sepihak oleh para pelakunya.
Sambil menunggu perkembangan dan respons terhadap aksi ruwatan tersebut, rasanya tak berlebihan jika saya mengatakan bahwa warga masyarakat kini makin terbuka dan terang-terangan dalam menyampaikan gagasan dan aspirasi terhadap para elit. Termasuk aksi-aksi yang menggunakan simbol-simbol tradisi yang dianggap mewakili apa yang dirasakan dan harapkan. Terpulang pada para elit tersebut bagamana mereka meresponnya. Apakah akan menghasilkan saling pemahaman atau sebaliknya yaitu meluasnya kesalahpahaman dan konflik dalam masyarakat.[ASHikam]
Catatan: Prof. Muhammad AS Hikam, 16 Oktober 2014
0 Response to "Apa Makna Aksi Ruwatan Untuk Amien Rais di Jogja?"