Selamat Datang - Wellcome

Perjuangan Kemanusiaan, Perjuangan Melawan Kebencian

SUARA KAMI - Pada mulanya adalah kebencian. Kebencian terhadap perbedaan-perbedaan dalam identitas ras, warna kulit, etnisitas, agama, kelompok, jender, dan bahkan gaya hidup. Kebencian telah menjadi semacam "penyakit bawaan" semenjak Adam dan Hawa diciptakan Tuhan, ketika Iblis merasa lebih hebat dan membenci kedua mahluk baru itu karena mereka mendapat pujian dan privilese dari Sang Pencipta. Setelah Adam dan Hawa turun ke dunia, adalah kebencian pula yang membuat Qabil (Kain) membunuh saudaranya, Habil (Abel), dan menjadi peristiwa kekerasan pertama di muka bumi. Sampai hari ini.

Perjuangan Kemanusiaan, Perjuangan Melawan Kebencian
Protes warga New York. (sumber: thenypost)
Puluhan Ribu Orang Berdemonstrasi di Sejumlah Kota di AS
(Beritasatu.com, Minggu, 14 Desember 2014)

Puluhan ribu demonstran terlihat berkumpul di New York dan Washington pada Sabtu (13/12). Hal tersebut mendorong bertambahnya jumlah aksi demonstrasi di seluruh Amerika Serikat (AS) yang menuntut keadilan bagi pria kulit hitam yang tewas dibunuh oleh polisi kulit putih.

Aksi demonstrasi yang terjadi di ibukota negara-negara bagian AS, New York, Boston dan beberapa kota di California merupakan salah satu aksi terbesar dalam gerakan protes yang berkembang akibat dipicu oleh pembunuhan seorang remaja kulit hitam tak bersenjata Michael Brown di Ferguson, Missouri pada 9 Agustus.

Keluarnya keputusan Dewan Juri untuk tidak mendakwa petugas kulit putih yang bertanggungjawab atas kematian Brown (18 tahun) dan pencekikan fatal terhadap seorang ayah enam anak, Eric Garner, di New York pada Juli tahun ini telah memicu aksi protes selama berpekan-pekan lamanya.

Lautan demonstran tersebut menutup sebagian jalan di Manhattan dan Pennsylvania Avenue, Washington yang mengarah ke gedung Capitol dengan teriakan-teriakan “Tak ada keadilan, tak ada damai!” “Keadilan sekarang!” dan “Seluruh sistem sialan ini bersalah bagai neraka!”

Meskipun polisi di Washington tidak menyebutkan perkiraan angka dari jumlah kerumunan itu, tapi sepertinya jumlahnya jauh lebih besar dari 5.000 orang yang sebelumnya diperkirakan oleh pihak penyelenggara.

Sedangkan di New York, polisi mengatakan sekitar 25.000 orang turun ke jalan-jalan. Pihak penyelenggara dalam akun Twitter-nya bahkan men-Twit jumlahnya yang ternyata mencapai 50.000 orang. Halaman Facebook mereka mengatakan bahwa sebanyak 48.000 orang akan ikut ambil bagian sebelum aksi protes dimulai.

Kerumunan yang bercampur antara kulit hitam dan kulit puth ini tidak hanya memobilisasi banyak kalangan pemuda tapi juga keluarga, anak-anak, orangtua dan kaum lansia.

Mereka mengangkat tinggi-tinggi spanduk-spanduk yang bertuliskan “Hentikan polisi rasis” dan “Saya tidak bisa bernafas” -- kata-kata terakhir yang berulangkali diucapkan oleh Garner, ketika polisi menekan dia ke tanah karena diduga menjual rokok tanpa pajak di Staten Island, New York.

Serangkaian kematian yang terjadi di tanganpara petugas, termasuk Akai Gurley (28 tahun) di Brooklyn, telah mengobarkan kebencian yang meradang terhadap taktik polisi di Amerika Serikat dan tidak percaya bahwa banyak orang kulit hitam yang mendapat penegakan hukum.

Keluarga Garner dan Brown pun bergabung di Washington bersama dengan kerabat dari Tamir Rice (12 tahun), yang tewas ditembak oleh petugas polisi Cleveland, dan Trayvon Martin, yang tewas di Florida oleh seorang anggota penjaga lingkungan di 2012.

Janda Garner dan isteri naik ke panggung sebelum menyemangati kerumunan tersebut.

“Saya berada ada di sini bukan hanya memprotes keadilan untuk Eric Garner, tapi juga para putri dan putra semua orang serta para keponakan dan para ayah dan para ibu,” ujar janda Garner.

Ibunda Garner, Gwen Carr mengatakan protes ini akan terus berjalan hingga para anggota parleme menanggapi tuntutan untuk melakukan reformasi.

“Ini adalah momen terciptanya sejarah,” ungkap dia seiring dengan luapan para penonton yang bersorak-sorai.

“Kami datang ke sini sebanyak waktu yang dibutuhkan,” tambah dia kepada kerumunan ketika mereka bergeser menuju gedung Capitol yang menjadi rumah para anggota Kongres.

Aktivis hak asasi sipil Al Sharpton, presiden Jaringan Aksi Nasional dan tokoh terkemuka dalam aksi demonstrasi itu, memimpin demonstrasi di Washington. Dia pun menyerukan reformasi peradilan.

“Anda pikir hal ini akan didiamkan. Anda pikir anda sudah menyisir hingga ke bawah karpet. Anda pikir tidak akan menjadi pusat perhatian. Tapi kami akan terus mempertahankan cahaya yang ada pada Michael Brown, Eric Garner, Tamir Rice, dan pada semua korban-korban ini,” teriak dia, seiring dengan para kelurga dari korban pembunuhan yang tewas bergabung dengannya di atas panggung, bahkan beberapa dari mereka menangis.

Di New York, pemrotes menutup rute sepanjang enam kilometer mulai dari Washington Square, hingga ke Fifthdan Sixth Avenues dan Broadway untuk berkumpul di luar markas kepolisian, seraya memenuhi udara dengan teriakan-teriakan “Keadilan sekarang!”

Perjuangan Kemanusiaan, Perjuangan Melawan Kebencian
Amerika boleh berbangga sebagai Tanah Air bagi Manusia Merdeka (the Land of the Free). Ia adalah negara demokrasi terlama dan salah satu yang terbesar dalam sejarah modern. Ia adalah kampiun dua perang dunia dan negara adidaya yang pengaruhnya tak terbantahkan. Ia adalah negara paling maju di bidang iptek dan produser terbanyak peraih Nobel sejak hadiah itu diumumkan sampai sekarang. Dll dsb.. Toh negeri Paman Sam itu masih belum mampu mengatasi kebencian yang menempel dan meracuni dirinya sejak awal. Kebencian terhadap bangsa Indian yang menghuni tanah Amerika sejak awal. Kebencian terhadap ras kulit hitam sejak para budak dibawa ke tanah itu. Kebencian terhadap bangsa Yahudi, terhadap ras Asia, terhadap agama yang berbeda, dan lain sebagainya. Kebencian, pendek kata, adalah ideologi yang merusak dan tak mudah dihilangkan kendati telah ribuan dan bahkan jutaan korban jatuh selama dua ratus tahun lebih Amerika Serikat berada.

Sejarah, kata para bijak, adalah kaca benggala untuk kita menengok tampilan wajah dan jiwa kita sendiri sebagai bangsa. Akankah kita mengulangi pengalaman sejarah yang traumatis dari bangsa Amerika itu, ataukah kita akan menghindarinya? Bangsa Amerika tak pernah menyerah dalam berjuang memerangi virus kebencian yang meracuni dirinya, walaupun mereka tahu halangan-halangan yang menghadang sangatlah besar. Karena kebencian bisa menghinggapi siapa saja dan berpindah dari yg dulunya membenci kepada yang dibenci. Contohnya, sebagian kaum Yahudi yang dulu tertindas dan dibenci, kini ada yang berubah dan tak kalah dalam menyebarkan kebencian terhadap liyan (others). Rasisme bukan hanya menghasilkan kebencian terhadap pihak lain, tapi juga kebencian terhadap diri sendiri (self hatred)...

Perjuangan melawan kebencian adalah perjuangan universal, perjuangan kemanusiaan. Termasuk bagi bangsa Indonesia yang sedang menyaksikan maraknya ideologi dan politik berdasar kebencian pd akhir-akhir ini. Selamat berjuang!! [ASHikam]

Penulis: Prof. Muhammad AS Hikam

0 Response to "Perjuangan Kemanusiaan, Perjuangan Melawan Kebencian"