Net
Pangdam Jaya Mayjen TNI Agus Sutomo
|
"Semua negara ingin kuasai sumber daya alam di Indonesia. Malah sekarang sebagian besar sumber energi kita dikuasai asing," bebernya. Demikian disampaikan Pangdam Jaya Mayjen TNI Agus Sutomo saat memberi kuliah umum di Universitas Bung Karno (UBK), Jalan Kimia, Jakarta, (Jumat, 21/11), seperti dilansir oleh RMOL.COM.
"Sipadan dan Ligitan itu sekarang jadi pulau wisata termahal di dunia. Kalau mau ke sana harus booking enam bulan sebelumnya," jelas Agus.
"Negara-negara di sekitar khatulistiwa seperti Indonesia sekarang jadi rebutan. Tak hanya dari sumber daya alam, tapi dari bidang budaya, sosial, dan politik mau dikuasai," katanya.
"Sekarang sudah lampu kuning, kita bisa tertawa bahagia sekarang, tapi nanti punya kita tidak ada lagi. Ini salah satu tantangan generasi muda yang makin berat," demikian Agus.
Tetapi saya menjadi rada prihatin dengan kalimat pak AS yang dikutip RMOL di bagian paling akhir, yaitu: "Sekarang sudah lampu kuning, kita bisa tertawa bahagia sekarang, tapi nanti punya kita tidak ada lagi. Ini salah satu tantangan generasi muda yang makin berat." Terus terang saya tidak tahu, siapa yang disebut AS dengan "kita" yang "bisa tertawa bahagia" itu? Apakah rakyat Indonesia, apakah elit yang menikmati ketergantungan tsb? Dan yang saya masukkan dalam kategori elit, juga termasuk elit TNI seperti beliau juga. Apa yang sudah dilakukan oleh elit TNI dalam menghentikan ketergantungan tsb, misalnya dalam soal alutsista, dalam soal kemampuan industri pertahanan, dalam soal transnational crimes di laut, dll. Tentu tidak fair kalau Pak AS hanya menganggap bahwa yang tertawa gembira hanyalah kalangan sipil belaka, bukan.
Dan yang lebih membuat saya bertanya adalah mengatakan soal ini sebagai "tantangan generasi muda yang makin berat." Buat saya ini berbau apologetik dan ekonomis dalam kejujuran. Mengapa? Karena masalah-masalah ketergantungan bangsa ini adalah hasil pekerjaan generasi sekarang dan sebelumnya, termasuk generasi Pak AS sendiri. Lalu kenapa harus menjadi tantangan dan beban dari generasi yang akan datang? Mengapa bukannya beliau dkk. mengatakan itu sebagai tanggungjawab dan tantangan mereka? Memang paling mudah untuk mewariskan penderitaan kepada generasi muda, yang nanti Insya Allah juga akan bilang demikian kepada generasi yang lebih muda lagi. Walhasil, masalah ketergantungan dan penguasaan asing dan seluruh kenestapaan bangsa ini hanya menjadi retorika yang indah dari para elite baik sipil maupun TNI. Retorika ini memberi solusi menyerahkan persoalan kepada generasi muda yang akan datang!! Inilah solusi paling mbelgedhes dan tak layak untuk didengar maupun diikuti.
Semoga bukan demikian maksud dari Pak AS dan beliau akan memelopori berbuat sesuatu yang kongkrit dari TNI dalam rangka memecahkan masalah-masalah bangsa ini. Bravo Pak Agus! [ASHikam]
Catatan: Prof. Muhammad AS Hikam
0 Response to "Solusi Ketergantungan Tanggungjawab Generanasi Muda?"