Selamat Datang - Wellcome

Antara Archandra dan Gloria - Fenomena Identitas GANDA

SUARA KAMI | Jangankan kaum jelata, kaum jelantah kelas Yusril Ihza Mahendra sampai pada kesimpulan; Jokowi belum pantas menjadi presiden, dan karena itu lebih baik mundur.

Antara Archandra dan Gloria - Fenomena Identitas GANDA
Gloria dan Gloria - Fenomena Identitas GANDA

Itu komentar berkait kasus Archandra Thahar. Hal senada banyak dinyatakan oleh WNI (Warga Netizen Indonesia) lainnya. Menjadi gubernur saja belum cukup teruji. Kelasnya memang cuma walikota. Dan seterusnya.

Dari sisi hukum, tentu saja beda sisi dengan politik. Sisi hukum, simple saja. Ada kesalahan administratif. Dan Jokowi sudah menjawab secara politik: Berhentikan Menteri ESDM. Pertanyaan kemudian menjadi politis; Kok bisa?

Hal itu bisa dijawab secara politis juga. Tapi Jokowi bukan Sukarno, lagian bukan jamannya. Tak adil membandingkan keduanya. Jika jadi presiden di jaman medsos ini, jangan-jangan Sukarno akan marah-marah mulu. Sorry, Bung!

Secara politik, persoalan hukum kewarganegaraan Arcandra, bisa diatasi. Meski akan mengundang polemik, presiden adalah kepala Negara. Tentu sepanjang bisa mempertanggungjawabkan di depan MPR/DPR. Kita bisa bayangkan beberapa diaspora dari beberapa Negara. Tak sedikit orang Yahudi pemegang paspor non-Israel, tetap mengabdi pada Negara yang disebut zionis itu.

Demikian juga China dan India. Berapa banyak anak-anak dari kebudayaan negeri itu yang berpaspor dan tinggal di luar negeri, namun tetap berkhidmat pada negeri leluhurnya. Seperti Raam Punjabi, membuat puluhan ribu sinetron yang membuat ibu-ibu dan remaja kita menangis termehek-mehek.

Posisi Menteri ESDM di Indonesia, tentu saja sangat sexy, dan itu sensitive. Beda dengan kasus BJ Habibie di jaman Soeharto. Beda kasus Prabowo waktu ke Jordania. Tapi akhirnya Archandra yang digusur. Siapa bersorak atas tergusurnya Archandra Thahar? Amerika atau beberapa orang Indonesia? Bersorak karena apa? Karena Jokowi salah administrasi atau Archandra tak jadi menteri?

Ada persoalan, memang, yang patut disesalkan di kesekretariatan Negara. Soal ketidaktelitian. Bagaimana bisa ‘all the president’s men’ ini? Who is that! Ini kombinasi sempurna atas efek kelalaian advisor yang sembrono dibanding soal integritas Archandra.

Soal Archandra, saya (saya? Siapa saya?) tak begitu menyesal. Sebetul-betulnya saya lebih menyesal jika Jokowi tak bisa menarik kembali Gloria Natapraja Hamel menjadi anggota Paskibraka, yang besok akan berkiprah di halaman Istana Negara.

Kalau kita ngotot soal hukum, kematangan politik Jokowi akan dipertontonkan di sini. Keputusan yang baik adalah keputusan yang berdasarkan pengetahuan dan bukan berdasar angka-angka, kata Plato. Apakah Jokowi juga mendengarkan kutbah filsuf ini? Tapi yang lebih penting, apakah Jokowi mendengar kata-kata Gloria, "Papa dari Perancis, Ibu Indonesia. Tapi saya sudah confirm' mau pilih (menjadi warga negara) Indonesia kok,…"


Oleh: Sunardian Wirodono II
Sumber: Akun Facebook Sunardian Wirodono II

0 Response to "Antara Archandra dan Gloria - Fenomena Identitas GANDA"